5/7/08

Pemanasan Global serta Suhu bumi akan kembali naik pesat sekitar tahun 2020.

Dalam sepuluh tahun ke depan, pemanasan global akibat efek gas rumah kaca mungkin tidak akan begitu terasa. Suhu bumi kemung­kinan akan tetap sama selama periode itu karena siklus suhu alami memasuki masa penye­jukan. Namun, suhu bumi akan kembali naik pesat sekitar tahun 2020.

Sebuah model baru yang dikembangkan di komputer oleh para peneliti di Jerman, yang dilaporkan di jurnal Nature, memperkirakan penyejukan alamiah itu akan mengimbangi panas pema­nasan suhu akibat gas rumah kaca. Para Unrawan iklim lainnya menyambut baik penelitian tersebut dengan mengatakan studi tersebutdapat membantum masyarakat merancang masa depan yang lebih baik.

Kunci dari perkiraan baru ini adalah siklus alami dari suhu air laut yang disebut Atlantic Multidecadal Oscillation (AMO), yang terkait erat dengan suhu hangat yang membawa panas dari daerah tropic ke pantai di Eropa. Penyebab AMO belum dipahami betul, namun siklus itu tampaknya datang setiap 60 hingga 70 tahun. Ini ke­mungkinan dapat memberi sebagian penjelasan mengapa suhu naik di awal-awal abad ke-20 sebelum mulai menyejuk pada tahun 1940-an.

"Satu pesan dari studi kami adalah dalam jangka pendek, kita bisa melihat perubahan pada suhu bumi yang tidak tercantum dalam laporan Panel Antar Pemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC)," ujar Noel Keenlyside dari Institut Leibniz tentang Ilmu Kelautan di Universitas Kiel, Jerman seperti dilansir BBC News, akhir pekan lalu.

Proyeksi tim penelitian universitas itu menyatakan masa penyejukan hanya berlangsung 15-20 tahun, setelah itu suhu naik. Memperkirakan perubahan klim dengan melihat perubahan di laut sebenarnya sulit dilakukan. Pasalnya, tidak banyak data yang terse­dia tentang proses-proses penting. Seperti, gelombang air laut kuat yang bersuhu panas dan meriodional over­turning circulation (MOC) —yang kadang dikenal sebagai Gulf Stream — yang membawa suhu panas ke arah utara di Samudra Atlantik.

Hanya dalam beberapa tahun terakhir ini para pene­liti mulai memasang alat di laut yang nantinya akan memberi informasi tentang perubahan sirkulasi suhu di laut. Sebagai pengganti proses pengukuran langsung MOC, tim di Kiel itu menggunakan data mulai dari 50 tahun lalu dari Laut Labrador.

Di sana, air laut yang hangat melepas panas ke atmosfer dan suhu itu turun kembali, sebelum suhu bergerak ke selatan. Dengan meng­gabungkan data dari laut dengan model yang dibuat untuk meneliti pemanasan global, tim dapat menganalisis hasil yang menyerupai suhu di Atlantik utara, Eropa barat, dan Amerika Utara beberapa tahun ini.

Untuk melihat ke depan, model itu memproyeksikan MOC melemah dan menye­babkan air laut di Atlantik utara menyejuk. Hal ini akan mempertahankan suhu di seluruh dunia tetap soma, di saat dampak dari pemanasan global dan fenomena cuaca diPasifik, El Nino dan L4 :Nina, dirasakan di seluruh Zluhifa. "Kita harus mempertim­bangkan bahwa ado beberapa ketidakpastian dalam model kami. Tetapi, ini memperki­rakan suhu akan stabil dan kemudian kembali naik,"' kata Keenlyside.

Proyeksi itu bukan hasil yang mengejutkan bagi para ilmuwan iklim. Tetapi, mung­kin hal baru bagi masyarakat yang terbiasa dengan gagasan bahwa kenaikan suhu dengan pesat yang terjadi pada dasawarsa 1990-an adalah fenomena tetap.

"Komi sudah lama menge­tahui bahwa iklim secara alamiah berubah dari tahun ke tahun dan dari dasawarsa ke dasawarsa," ungkap Richard Wood dari Badan Penelitian Lingkungan di Inggris, Hadley Centre, yang mengkaji peneli­tian baru untuk jurnal Nature. Wood memperkirakan pem­anasan global akibat tindakan manusia terjadi pada saat yang bersamaan dengan perubahan di alam. "Penelitian seperti ini penting ntuk memastikan perhatian ita tidak bergeser dari perubahan jangka panjang yang akan terjadi sebagai akibat dari emisi gas rumah kaca," jelasnya.

Wood memperingatkan bahwa proyeksi semacam itu masih dalam tahap awal. Dan, begitu data bisa didapat lang­sung dari kedalaman Samu­dera. Atlantik, pandangan tentang cara kerja AMO dan apa artinya bagi suhu bumi mungkin akan berubah. Seperti halnya cuaca dingin yang tidak semestinya yang terjadi belakangan jjii di,belahan utara bumi yang dikaitkan dengan fenomena cuaca, La Nina.

"Jika model Kiel terbukti tepat pun, ini bukan indikasi bahwa proyeksi cuaca jangka panjang yang dibuat oleh IPCC dan banyak institusi lainnya tidak benar," tegasnya. Profesor Michael Schlesinger, ilmuwan Amerika Serikat yang pada tahun 1994 menjabarkan ciri siklus alami suhu air laut di Samudera Atlantik sebagai Atlantic Multidecadal Oscillation (AMO), menggambarkan model baru itu sangat menggairahkan. "Sudah jelas kita membutuhkan data lebih banyak dari laut dalam, dan kita tidak memilikinya saat ini," kata peneliti di Universi­tas Illinois di Urbana itu.

Kuni dari perkiraan baru ini adalah siklus alami dari suhu air laut yang disebut Atlantic Multidecadal Oscillation (AMO), yang terkait erat dengan suhu hangat yang membawa panas dari daerah tropis ke pantai di Eropa.

Dalam beberapa tahun ter­akhir ini para peneliti mulai memasang alat di laut yang nantinya akan memberi infor­masi tentang perubahan sirkulasi suhu di laut.